Jumat, 02 Maret 2012

Jurnal Kehidupan


Dalam keheningan aku dan teman-teman diminta menuliskan tanda tanya yang sangat besar di dalam buku gambar kami masing-masing. Buku gambar itu kemudian diedarkan setelah kami dibagi di dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing dari kami diminta untuk menambahkan satu goresan pada tulisan tanda tanya itu. setelah buku gambar itu berputar dan mendapat goresan-goresan dari teman-teman di dalam kelompok, jadilah sebuah gambar yang penuh seni yang mengundang tawa diantara kami. Ternyata Goresan-goresan itu memberi makna bagi kehidupan kami masing-masing dan secara tidak langsung menggali kisah kehidupan yang telah kami simpan. Kisah-kisah hidup yang harus kami jawab dan kami ungkapkan lewat sharing bersama dengan seorang teman. Sebuah refleksi yang sangat menyentuh hatiku. Setiap hari aku menikmati kehidupan ini, tapi aku tidak pernah bertanya pada diriku, bagaimana aku mensyukuri anugerah kehidupan ini yang selalu indah bagaikan goresan-goresan yang membentuk sebuah gambar penuh seni. Setiap orang hari aku bertemu dan berjumpa dengan orang lain tapi aku tidak menyadari mereka telah menambah goresan-goresan yang indah di dalam hidupku. keheningan pagi telah menghantarku menemukan hubungan jiwa yang terdalam dengan sang Pencipta. Keheningan yang membawaku melihat sejauh mana hidupku berarti bagi sesama dan mengerti tentang arti hidup. Aku mulai berjalan kembali setelah berhenti sejenak menikmati indahnya hidup bergumul bersama Tuhan, melihat kembali tapak-tapak kaki kehidupan yang telah melukis hari-hariku....

Rabu, 14 Oktober 2009



TK - SD PL Gunung Brintik

Bulan Juli Tahun 2005, merupakan awal aku menjalani tugas perutusan di TK - SD PL Gunung Brintik. Sesama bruderku menyebut sekolah ini STGB ( Sekolah Tinggi Gunung Brintik ) dikarenakan tempatnya yang berada diatas bukit. Keunikan dari sekolah ini adalah letaknya dipekuburan umum terbesar di kota Semarang. Bagi orang yang kali pertama mengunjungi sekolah ini akan terasa menakutkan. Halaman sekolah dihiasi dengan makam-makam yang membentang di seluruh perbukitan. Hal ini tidak menakutkan sama sekali bagi anak-anak muridku yang belajar di sekolah ini. Mereka selalu bermain diantara kijing-kijing di depan sekolah. Mereka merasa gembira dan tidak berkecil hati sekolah di tempat ini. Sangat menarik bagi saya, bahwa mereka begitu bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah, walaupun lingkungan sekolah mereka yang tidak menguntungkan. Mereka berasal dari keluarga-keluarga miskin yang hidupnya pas-pasan. Kebanyakan dari muridku yang selalu nongol di perempatan jalan lampu merah untuk meminta belas kasihan sesamanya. Selama 4 tahun aku bersama dengan mereka, ada kebahagiaan tersendiri dalam diriku bisa hadir dan merasakan kesusahan yang dialami oleh mereka. Tugasku sebagai tenaga administrasi secara tidak langsung berhubungan dengan orangtua mereka. Ketika akhir tahun pelajaran banyak orangtua muridku yang datang menangis karena tidak bisa melunasi tunggakan uang sekolah. Berkat penyelenggaraan Ilahi, biaya sekolah tidak menjadi kendala yang sangat serius bagi murid-muridku untuk mengejar cita-cita mereka. Semoga mereka dapat menggapai bintang, menjadi orang yang berguna bagi sesamanya. Saat berpisah dengan mereka, aku tak dapat menahan air mataku. Mereka telah hadir dan menghiasi hidupku. Mereka memberikan semangat dalam diriku untuk menekuni pangilan hidupku. Mereka kuanggap sebagai adik-adikku sendiri.

Kamis, 01 Oktober 2009


Pendiri Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria yang terkandung tak bernoda

Mg
r. Ludovicus Rutten, Pr. Kongregasi Bruder FIC didirikan pada tanggal 21 November 1840 oleh Pastor Ludovicus Rutten. Pada tanggal 25 Maret 1837, Rutten ditahbiskan menjadi imam. Imam muda ini mengalami suatu panggilan untuk menyerahkan seluruh hidupnya dan semua kekayaannya bagi pelayanan pendidikan dan pembinaan kristiani kaum muda. Ia terutama memberikan perhatian kepada kaum muda yang miskin dan terlantar di kota kelahirannya, Maastricht, yang pada waktu itu kondisi sosialnya amat sangat buruk. Pastor Rutten dikenal sebagai pribadi yang memiliki kemauan yang kuat untuk lebih daripada yang bisa dibuat. Setelah keinginan kuatnya untuk menjadi misionaris terhalang, Rutten tidak berputus asa, tetapi justru tumbuh semangat karya di tengah-tengah kaum muda yang miskin dan lemah. Ia berpegang pada rencana dan berjuang keras untuk dapat mewujudkan rencananya, walau banyak rintangan. Pastor Rutten dihargai kesalehannya justru karena kepercayaannya yang penuh terhadap Penyelenggaraan Ilahi. Oleh karena kepercayaan terhadap Penyelenggaraan Ilahi inilah, Rutten menjadi seorang pribadi yang penuh syukur dalam doanya dan dalam hidup kesehariannya. Hal inilah yang sangat mempengaruhi karya dan hidupnya dalam penghormatan dan devosinya yang begitu besar kepada Bunda Maria. Pengalaman bahwa Bunda Maria selalu membimbing dan menyertai membuat Rutten menyerahkan Kongregasi yang didirikannya di bawah perlindungan Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda.


Br. Bernardus Hoecken Br. Bernardus Hoecken dilahirkan di kota Tilburg pada tanggal 13 Maret 1810. Pada tanggal 24 Mei 1846, Br. Bernardus Hoecken mengucapkan profesinya. Pada tahun 1840, Br. Bernardus Hoecken menjadi Pemimpin Pertama Komunitas Kongregasi FIC. Pada waktu itu, dia sendiri seorang novis, sedang teman-teman sekomunitasnnya masih berstatus sebagai calon bruder (aspiran). Pada tahun 1842, dia termasuk bruder pertama yang mengucapkan prasetia mereka. Bertahun-tahun lamanya, dia bersama Pastor Rutten memimpin persekutuan yang semakin berkembang. Dia merasa bahwa prioritas kerasulan adalah pendidikan dan pembinaan kristiani. Dengan tegas dia mendesak para bruder agar tidak pernah melalaikan orang miskin. Br. Bernardus dikenal sebagai pribadi yang berkepribadian tegas dan kadang menjadi keras, tetapi sekaligus memiliki hati yang lembut dan mudah tersentuh oleh penderitaan dan kemiskinan yang memerlukan cinta. Dari ungkapan-ungkapannya, jelaslah dapat dikenal bahwa beliau adalah seorang religius yang kehidupan rohaninya sungguh mendalam. Bagi beliau, betapa penting usaha menyelamatkan jiwa-jiwa. Sikapnya lebih mengutamakan pada penghargaan terhadap tindak keutamaan dan agamis serta usahanya untuk menciptakan suasana cinta kasih dalam persaudaraan. Br. Bernardus merupakan pengisi dan peletak dasar kereligiusan Kongregasi. Dia banyak menanamkan pentingnya hidup rohani yang mendalam bersama Kristus untuk dapat berkarya dengan baik, betapa perlunya hidup bersama penuh persaudaraan untuk saling menopang dan menguatkan dalam hidup dan karya. Dan dari semuanya itu, Br. Bernardus sangat menekankan bahwa hidup para bruder harus dalam suasana cinta kasih, bersatu padu dan damai.

Senin, 28 September 2009





Kampung Halamanku

Nama Kota Sorong Berasal dari kata SOREN. Soren dalam bahasa Biak Numfor yang berarti Laut yang dalam dan bergelombang. Kata Soren dipergunakan pertama kali oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu layar dari satu pulau ke pulau yang lain hingga tiba dan menetap di kepulauan Raja Ampat. Suku biak Numfor inilah yang memberi nama "Daratan Maladum" dengan sebutan Soren yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang Thionghoa, Misionaris dari Eropa, Maluku dan Sanger Talaut dengan Sebutan Sorong.

Letak kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar masuk Provinsi Papua dan kota persinggahan. Kota Sorong juga merupakan kota Industri, Perdagangan dan Jasa, karena Kota Sorong dikelilingi oleh Kabupaten-kabupaten yang mempunyai sumber daya alam yang sangat potensial sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya.

Tidak terasa, sudah delapan tahun aku meninggalkan kampung halamanku. Tanggal 20 Agustus 2009, kali kedua aku kembali ke kota Sorong tercinta. Panas begitu menyengat membakar kulitku. Tanganku tak henti-hentinya menutup mulutku karena banyaknya debu yang berterbangan. Kota Sorong semakin giat dalam membangun dan menata kotanya. Jalan-jalan yang masuk ke komplek-komplek perumahan hampir semua menggunakan beton. Pengusaha-pengusaha mulai bersaing membangun toko-toko yang megah. Kota Sorong semakin hari semakin ramai sebagai kota industri, perdagangan dan jasa. Banyak sekali pendatang yang mulai mengadu nasib di kota Sorong. Ketika masih sekolah dulu, aku rasanya malas untuk berjalan kaki. Padahal jarak dari rumah ke tempat menunggu angkot lumayan jauh. Rumah yang satu dengan yang lainnya agak berjauhan sehingga perjalanan terasa jauh sekali. Hal ini sungguh jauh berbeda ketika aku berlibur kali ini. Rumah-rumah penduduk sudah semakin banyak di kiri-kanan jalan membuat aku begitu menikmati perjalan dengan berjalan kaki. Kerinduan akan kampung halamanku mulai terobati ketika aku bertemu dengan kedua orang tua dan sanak saudaraku. Mereka semua sangat menantikan kedatanganku. Aku sungguh bahagia dapat berjumpa kembali dengan bapak, ibu, kakak, adik-adik dan saudara-saudaraku yang lain. Liburan kali ini begitu istimewa bagiku. Tanggal 28 Agustus 2009 aku mengikuti pesta ulang tahun SMA St. Agustus. SMA ini merupakan tempat aku menimba ilmu dan awal aku mulai tersentuh untuk mengenal kehidupan yang indah, yang dibaktikan kepada Allah dan sesama. Kenangan-kenangan indah mulai teringat kembali ketika aku melihat kelas-kelas yang dahulu aku gunakan sebagai tempat untuk belajar. Dari segi fisik tidak banyak perubahan dari sekolahku ini, hanya penambahan beberapa kelas yang baru. Masih ada kenangan yang aku tinggalkan bersama teman-teman IPSku dulu. kenangan itu berupa tulisan Wawasan Wiyata Mandala, dan di bawahnya tulisan IPS 1998-1999. Itu berarti bahwa cat tembok sekolah kami belum pernah diganti sampai sekarang. Aku masih ingat, ketika liburan sekolah, kami pengurus OSIS bersama dengan beberapa guru mengecatnya. Memang dilihat dari segi fisik tidak banyak perubahan tetapi dari segi prestasi sekolahku semakin berkembang, dengan menjuarai berbagai macam lomba baik akademik maupun olahraga. Suatu kebanggaan bagiku bahwa sekolahku sering memenangkan Lomba Bahasa Inggris antar sekolah sekota Sorong. Tentu masih ada yang lebih dari itu. Perayaan kali ini cukup meriah karena bertepatan dengan lustrum yang ke-6. Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyambut hari Ulang Tahun SMA St. Agustinus diantaranya lomba antar kelas ( Merangkai bunga, Vokal Group, vollly, basket, Yospan, Wayase ), lomba vollly dan basket antar SMA, penanaman sejuta pohon, dan pengobatan masal. Kegiatan-kegiatan ini dimotori dan digerakkan oleh para alumni SMA St. Agustinus. Puncak perayaan diawali dengan Perayan Ekaristi di Gereja St. Petrus Remu yang bersebelahan dengan SMA St. Agustinus. Acara kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah di Aula SMA St. Agustinus. Saat acara ramah tamah ini aku bertemu dengan teman-teman seangkatanku ketika SMA dulu. Wajah-wajah mereka masih familiar diingatanku. Kami saling berbagi pengalaman tentang jalan hidup kami masing-masing, memutar kembali kenangan masa SMA dulu, sudah pasti kenakalan-kenalan kami yang menjadi topik utama pembicaraan. Mereka adalah sahabat-sahabat yang selalu ada dalam hidupku.

Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi. Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih. Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Karena kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.

Tahun ini merupakan pesta 50 Tahun keuskupan Manokwari-Sorong. Kegiatan-kegiatan menyosong Pesta Yubelium ini sangat meriah dengan mengundang gereja protestan untuk ikut serta dalam perlombaan Volly, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan lain yang dilaksanakan. Aku merasa hari begitu cepat, tidak terasa sudah dua minggu lebih aku berada di kampung halamanku. Aku harus kembali ke tempat tugas dan karyaku. kepulanganku mengalami sedikit kendala, karena tiket kapal sudah habis terjual. Banyak juga yang hendak mudik ke kampung halamannya dengan menggunakan kapal laut. Mau tidak mau aku naik pesawat. Akhirnya tanggal 9 September 2009, aku berangkat dengan pesawat Batavia air. Syukur pada Tuhan, aku sampai dikomunitasku dengan selamat. (Ari Sept'09)

Puisi yang Puas

karena kita digariskan hanyalah katakata
seperti gelatik dengan cericitnya
seperti daun angsana dengan hijaunya
seperti matahari dengan teriknya
seperti bayi dengan tangisnya
kita puas sebagai diri
sebagaimana adanya
bahwa kita ini bukan seme...sta
bahwa bumi ini kaya
oleh kehadiran yang lain
dan keragaman
: hidup elok adalah gubahannya

jogja, 09022005
© 2005 Denmas Marto